Pertanyaan : Bagaimana tentang uji publik kurikulum 2013 ini?
Mendikbud : Ini sesuatu yang baru, uji publik
kurikulum. Sebelumnya tidak pernah ada uji publik. Jadi ini kita lempar
ke publik. Tujuannya apa? pertama supaya publik tahu akan ada kurikulum
baru, kedua publik dapat berpartisipasi sehingga ada rasa memiliki atau self-belonging. Dalam partisipasi ini siapa saja boleh memberi pandangan. Oleh karena itu paling gampang kita masukkan dalam web kita http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id.
Uji publik jalan terus ini. Secara umum tidak ada itu yang menolak.
Rata-rata menyambut baik. Tujuan uji publik itu kan untuk penyempurnaan.
Makanya bahannya kita upload, supaya publik mempelajari terlebih dahulu. Kalau ada yang komentar mata pelajaran kita kurang fokus, coba pelajari dahulu.
Waktu uji publik yang 3 minggu ini cukup. Tentang memilah masukan,
itu teknis sekali. Akan dikelompokkan tentang kurikulum dan tentang
implementasi kurikulum. Tentang kurikulum itu sendiri kan terdiri dari
kompetensi lulusan, isi, proses, dan penilaian. Kira-kira dari 4 itu
mana yang perlu ditambahkan. Dari masukan yang banyak tersebut, oleh tim
pakar akan di-review. Tentu saja tidak semua masukan kita terima, kalau semua masukan kita terima itu berarti nggak mikir.
Pertanyaan : Bagaimana tentang kesiapan guru?
Mendikbud : Ujung tombaknya guru? Benar. Bagaimana
jika guru belum siap? Kita siapkan! Dalam manajemen Pareto, itu kan ada
prioritas, mencari mana lebih prioritas. Makanya kita prioritaskan mana
yang penting terlebih dahulu. Implementasinya, kita siapkan skenario
pentahapan. Tahapnya bisa kelas 1 SD, 4 SD, kelas 7, kelas 10 terlebih
dahulu. Kalau itu kita lakukan, guru yang harus dilatih tidak sejumlah
total guru, yang 3 juta. Misal guru SD saja 1,6 juta, yang kita latih
sepertiga dari 1,6 juta itu, dikurangi guru agama, guru Pendidikan
Jasmani, jadi cuma sekitar 300 ribu, itu masuk akal. Kita setiap tahun
mengadakan sertifikasi sekitar 300 ribu.
Pertanyaan : Apakah bukunya berubah?
Mendikbud : Konsekuensi bukunya berubah. Apa tidak
boleh mengadakan buku? Ya tentu harus! Asalnya yang penting: 1. Jangan
dibebankan kepasa siswa atau orang tua siswa; 2. Di dalam pelaksanaannya
pengadaan buku harus bisa dipertanggungjawabkan, transparan saja. Buku
masternya kita siapkan, jadi bisa diuji isinya benar atau salah.
Kemudian kita tender-kan, terbuka. Dan siapapun bisa mengawasi.
Dananya bisa dari dana alokasi khusus (DAK), yang memang tiap tahun
ada DAK pengadaan buku. Dan juga dari anggaran kita sendiri. Estimasinya
kita belum tahu. Berapapun anggarannya, mau 100 milyar 100 trilyun,
asal bisa dipertanggungjawabkan tidak masalah.
Pertanyaan : Seperti apa pengajaran tematik-integratif?
Mendikbud : Misalnya guru menetapkan tema pelajaran
hari tentang gunung, tentang diriku, tentang lingkunganku. Tema itu bisa
berhari-hari diajarkan. Dalam tema itu ada Bahasa Indonesia, ada
Matematika diintegrasikan. Contoh temanya sungai. Guru menceritakan
tentang sungai dengan Bahasa Indonesia, diperkenalkan kosa kata tentang
sungai, air, dan lain-lain. Kemudian ditanyakan, air di sungai itu
mengalir atau tidak? kenapa? Di situ diperkenalkan ilmu pengetahuan
alam. Bisa juga dikaitkan dengan budaya, bahwa di Bali dikenal ada
Subak, tentang budaya pembagian air. Air bisa digunakan untuk pembangkit
listrik. Jadi pembelajaran itu bisa hidup.
Pertanyaan : Bagaimana tentang blue-print kurikulum jangka panjang?
Mendikbud : Apakah kita bisa membuat kurikulum yang
tidak berubah 50 tahun? Tidak ada ceritanya. Tidak ada ceritanya
kurikulum yang 50 tahun tidak berubah, bahkan yang 20 tahun tidak
berubah itu tidak ada.
Jaman itu berubah. Apa perubahan mendasar yang dibutuhkan di masa
depan? Yang paling dibutuhkan di masa mendatang (termasuk sekarang juga
dibutuhkan) yaitu kreatifitas. Ke depan kita butuh anak-anak yang
kreatif.